Jumat, 27 September 2013

TEORI KEBENARAN SINTAKSIS








TEORI KEBENARAN SINTAKSIS
Oleh: Muhammad Taisir


A. PENDAHULUAN

Dalam sejarah perkembangan ilmu, peran filsafat ilmu dalam struktur bangunan keilmuan tidak bisa disangsikan. Sebagai landasan filosofis bagi tegaknya suatu ilmu, mustahil para ilmuwan menafikan peran filsafat ilmu dalam setiap kegiatan keilmuan, seiring dengan itu, kesadaran untuk meningkatkan mutu akademik dikalangan akademisi, membuat disiplin ini semakin dirasakan peran pentingnya.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan sebuah istilah yang mengacu pada dua hal, pada teori pengetahuan (epistemologi) dan pada teori tentang perkembangan sejarah (akal budi) manusia. Perkembangan ini bermula dari tahap mistis atau teologis ke tahap metafisis dan berakhir pada tahapan yang paling tinggi, yakni tahap positif.

Filsafat ilmu juga merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu, seperti “Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya ilmu pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosesnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita dapat mendapatkan pengetahuan yang benar ?

Dalam makalah ini, penulis mencoba mendeskripsikan tentang maksud dari Teori Kebenaran Sintaksis.

B. PEMBAHASAN

1. Apakah yang Dimaksud dengan Teori ?


Sebelum kita membahas apa yang dimaksud dengan Teori Kebenaran Sintaksis, alangkah baiknya bila kita terlebih dahulu mengetahui apa itu "teori". Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis alam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil.[1]

F. N. Kerlinger (1973) dalam bukunya yang berjudul Foundations of Behavioral Research, yanng diterbitkan oleh Holt, Rinerhat and Winston Inc. New York, seperti yang dikutip oleh Moh. Nazir, Ph. D menyatakan bahwa teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yand lainnya, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.[2]

Apabila kita ingin mengenal teori ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, sedikitnya tiga hal, yaitu:
  1. teori adalah sebuah set proporsi yang terdiri atas konstrak (construct) yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas pula.
  2. teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antarconstrak (construct) sehingga pandangan yang sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatan.
  3. teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana yang berhubungan dengan variabel mana.[3]
2. Kebenaran

Untuk memperoleh suatu kebenaran adakalanya dilakukan dengan cara penelitian terhadap fenomena yang fana, yang dikenal dengan penemuan kebenaran melalui proses ilmiah sebab ditemukan secara ilmiah. Namun, banyak juga kebenaran terhadap suatu fenomena yang tidak diperoleh melalui proses ilmiah/penelitian.

Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima karena tiga hal, yaitu:
  1. adanya koheren;
  2. adanya koresponden; dan
  3. pragmatis
Makna ketiga hal di atas telah dijelaskan oleh pemakalah sebelumnya dan kami tidak akan mengulangi lagi pembahasan tentang tiga hal tersebut.

Seperti dikatakan sebelumnya, tidak selamanya suatu kebenaran diperoleh dengan cara ilmiah. adakalanya kebenaran tersebut diperoleh melalui proses nonilmiah, seperti yang disebutkan berikut ini:
  1. penemuan kebenaran secara kebetulan,
  2. penemuan kebenaran secara common sense (akal sehat),
  3. penemuan kebenaran melalui wahyu,
  4. penemuan kebenaran secara intuitif,
  5. penemuan kebenaran secara trial dan error,
  6. penemuan kebenaran melalui spekulasi,
  7. penemuan kebenaran karena kewibawaan.[4]

3. Sintaksis


Setelah kita membahas tentang teori dan kebenaran, sekarang kami mencoba menjelaskan makna sintaksis.

Kata "sintaksis" berasal dari bahasa Yunani sun 'dengan' dan tattein 'menempatkan'. Jadi, secara etimologis sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat.[5] Sintaksis merupakan sub-bidang dari linguistik. Sintaks atau sintaksis adalah ilmu yang mempelajari aturan, atau "hubungan berpola" yang mengatur bagaimana kata-kata dalam kalimat bergabung. Ilmu ini membahas bagaimana kata berbeda yang dapat dikelompokkan sebagai nomina, adjektif, verba dan lain-lain digabungkan ke dalam klausa yang pada gilirannya bergabung ke dalam kalimat.[6] Untuk lebih baiknya dan lebih jelasnya gambaran tentang sintaksis ini kami akan mencoba mencantumkan beberapa definisi dari sintaksis.
  1. "Syntax is the part of grammar, or the subsystem of a grammar, that deals with the position, order, and function of words and larger units in sentence, clauses, and phrases."[7]
  2. "Syntax is the branch of grammar which concerned with the study of the arrangement of words in sentence and of the means by which such relationship are shown, e. g. word order or inflexion." (= "Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat, misalnya, tertib kata atau infleksi").[8]
  3. "Syntax is concerned with the discovery of basic sentence types and with the description of the possible of substitutions for each element of the basic types." (="Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat dasar dan pemberian penggantian yang mungkin dari setiap unsur dari jenis dasar itu").[9]
  4. "Syntax is the study and rules of the relation of words to one another as expressions of ideas and parts of the structures of sentences; the study and science of sentence construction". (Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-kata satu sama lainnya sebagai pernyataan gagasan dan sebagai bagian-bagian dari sturktur-struktur kalimat; studi dan ilmu bangunan kalimat").[10]
Dari berbagai pengertian di atas kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa sintaksis adalah bagian dari gramatika (tata bahasa) yang membahas susunan atau hubungan antar-kata dalam suatu kalimat.

4. Teori Kebenaran Sintaksis

Setelah kita membahas panjang lebar tentang makna dari masing-masing kata teori, kebenaran dan sintaksis maka tibalah saatnya kita mengetahui apakah maksud dari teori kebenaran sintaksis itu. jika kita cermati pengertian masing-masing kata di atas maka kita bisa menyatakan bahwa teori kebenaran sintaksis itu adalah suatu teori yang mengatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar atau memiliki nilai benar jika sesuai dengan sintaksis atau susunan kaidah gramatika (tata bahasa) yang baku. Berarti secara otomatis jika suatu pernyataan tidak sesuai dengan susunan tata bahasa yang benar atau menyimpang dari kaidah-kaidah gramatika yang baku, maka pernyataan tersebut tidak mempunyai arti. Teori Kebenaran ini tercipta dari para filsuf analisa bahasa yang begitu ketat dalam pemakaian tata bahasa/gramatika seperti Friederich Schleiermarcher (1768-1834). Menurutnya, seperti yang dikutip Poespoprojo (1987), pemahaman adalah suatu rekonstruksi, bertolak dari ekspresi yang selesai diungkapkan menjurus kembali ke suasana kejiwaan dimana ekspresi tersebut diungkapkan. Di sini terdapat dua momen yang yang saling berkaitan atau terjalin yaitu momen tata bahasa/ gramatika dan momen kejiwaan.[11]

C. KESIMPULAN

Dari uraian di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Teori Kebenaran Sintaksis adalah suatu teori yang mengatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar atau memiliki nilai benar jika sesuai dengan sintaksis atau susunan kaidah gramatika (tata bahasa) yang baku. Teori ini berkembang di kalangan para filsuf analisa bahasa yang salah satu tokohnya adalah Friederich Schleiermarcher (1768-1834) yang menyatakan adanya dua momen yang saling berkaitan dalam menyatakan adanya unsur kebenaran dalam suatu pernyataan, yaitu momen tata bahasa/gramatika dan momen kejiwaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar, 1987. Linguistik, Suatu Pengantar. Bandung, Angkasa, cet. IV.
Chapman, L. Robert, 1997. The Encyclopedia Americana, International Edition, Volume 26. Danbury, Connecticut, Grolier Incorporated, International Headquarters.
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Sintaksis.
Muslih, Muhammad, 2004. Filsafat Ilmu, Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta, Belukar, cet. I.
Nazir, Moh., 2003. Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia, cet. V.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, 1996. Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan YP. Fakultas Filsafat UGM, cet. I.
Verhaar, J. W. M., 1986. Pengantar Linguistik, Jilid I. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, cet. XI.
Verhaar, J. W. M., 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, cet. IV.


Footnote:

[1] Moh. Nazir, Ph. D, 2003. Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia, cet. V hal. 19.

[2] F.N. Kelinger, 1973. Foundations of Behavioral Research. New York, Holt, Rinerhat and Winston Inc. hal. 9 (seperti yang dikutip oleh Moh. Nazir, Ph. D. dalam bukunya Metode Penelitian cetakan V yang diterbitkan oleh Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 9)

[3] Moh. Nazir. op.cit.

[4] Ibid. hal. 16.

[5] J. W. M. Verhaar, 1986. Pengantar Linguistik, Jilid I. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, cet. XI. hal. 70.

[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Sintaksis.

[7] Chapman, L. Robert, 1997. The Encyclopedia Americana, International Edition, Volume 26. Danbury, Connecticut, Grolier Incorporated, International Headquarters. hal. 182.

[8] A. Chaedar alwasilah, 1987. Linguistik, Suatu Pengantar. Bandung, Angkasa, cet. IV. hal. 104 (dikutip dari Dictionary of Language and Linguistics karya R.R.K. Hartmann dan F.C. Stork, diterbitkan oleh Applied Science Publishers Ltd., London, 1976. hal. 231).

[9] A. Chaedar alwasilah …….. hal. 105. (dikutip dari Dictionary of Linguistics, karya Mario Pei and Frank Geynor, diterbitkan oleh Littlefield, Adam & Co., New Jersey, 1975, hal. 39).

[10] A. Chaedar alwasilah………. hal. 105. (dikutip dari Archibald A. Hill, Linguistic. Voice of America Forum Lectures, 1969. hal. 211).

[11] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, 1996. Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan YP. Fakultas Filsafat UGM, cet. I, hal. 118-119.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar