Sabtu, 28 September 2013

Pengaruh Peradaban Yunani dan Romawi terhadap Peradaban Islam







Pengaruh Peradaban Yunani dan Romawi terhadap Peradaban Islam


Oleh: Muhammad Taisir

Pendahuluan

Semenjak pertama kali manusia membuka mata, untuk menatap indahnya dunia, sampai terakhir kali ia menutupnya, tak akan pernah luput dari suatu aktivitas produktif, yaitu menghasilkan sebuah produk kebudayaan.

Kebudayaan (culture/tsaqofah) sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia merupakan Sunnatullah yang senantiasa berevolusi seiring dengan masa dan waktu. Lambat laun interaksi kebudayaan antar sesama manusia akan menjelma menjadi sebuah peradaban (civilization/hadharah) yang mapan dan mandiri. Dengan pisau bedah analisis yang lebih tajam, kita dapat mengkerucutkan bahwa sejarah kebudayaan adalah sejarah perjalanan hidup umat manusia di muka bumi.

Secara fitrah manusia diciptakan dengan sengaja oleh Tuhan beraneka ragam warna kulit, suku, ras, keyakinan dan pelbagai macam perbedaan. Akan tetapi perlu diingat, bahwa perbedaan lahiriyah bukan merupakan substansi asasi sebuah perbedaan. Karena sebenarnya pluralisme (kemajemukan) budaya, berawal dari sebuah perbedaan pandangan tentang bagaimana manusia menyikapi dunia ini sesuai dengan proporsi keyakinannya. Dengan kata lain gesekan-gesekan budaya antar sesama manusia adalah gesekan sebuah keyakinan. Hal ini pertama kali diilustrasikan oleh Qobil yang serta merta ingin menang sendiri, dan mengeksploitasi orang lain. Sementara Habil lebih toleran dan lebih memilih melawati rel-rel Tuhan dari pada keserakahan dan ketamakan.

Begitu juga dengan peradaban-peradaban besar yang pernah mewarnai kanvas dunia . Peradaban Mesir kuno adalah peradaban yang dicatat oleh sejarah sebagai peradaban penindasan. Hal ini dibuktikan dengan perjalanan terusirnya Bani Israil yang termaktub dalam kitab-kitab suci agama samawi. Peradaban Yunani kuno adalah peradaban yang juga menghegemoni manusia non Yunani. Hal ini di buktikan dengan klasifikasi Aristoteles, tentang pengelompokan manusia menjadi dua golongan. Pertama, golongan yang mampu menggunakan akal sebagai anugerah Tuhan dengan sempurna. Kedua, adalah golongan yang hanya mampu memaksimalkan jasmani belaka. Menurut bangsa Yunani golongan kedua ini lebih pantas untuk dijadikan budak-budak yang dapat dihisap begitu saja. Sehingga bangsa Yunani berpandangan bahwa mereka harus menjadi golongan pertama dan menjadikan golongan kedua sebagai alat pemuas hawa nafsu mereka. Tak heran bila menjajah bangsa lain menurut bangsa Yunani adalah perang suci. Perang membela panji-panji Tuhan. Begitu juga peradaban Romawi adalah peradaban yang selalu mengebiri dan mengintimidasi bangsa-bangsa non Romawi agar tidak nyaman hidup bersanding dengan mereka. Perdamaian menurut mereka adalah kekuasaan absolut (mutlak) di tangan bangsa Romawi. Feno-mena inilah yang dilestarikan oleh Presiden George Walker Bush sebagai simpatisan peradaban ini, sehingga ia pun meng-kategorikan manusia yang tidak sepaham dengannya sebagai musuh, kawan iblis dan penjahat yang harus dibasmi. Semangat imprealisme tak ubahnya hadir sebagai jargon-jargon yang dipoles dengan keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia.

Fenomena-fenomena di atas adalah sebuah tamsil dari sebuah gesekan antara kebudayaan yang telah menjelma menjadi sebuah peradaban yang mapan dengan pihak kedua yang sedang mencari identitas budaya. Selama pihak kedua masih pasif, pasrah bongkokan, maka mereka akan senantiasa menjadi budak setiap peradaban yang menghegemoni. Meski demikian, bukan berarti kita harus memandang sebelah mata peradaban orang lain namun, diakui atau tidak acapkali kehadiran sebuah kebudayaan yang menjadi cikal-bakal peradaban yang mapan, selalu menjadikan tumbal pihak lain.

Sebelum kita melihat dampak transpormasi kepemimpinan dari segi kehidupan umat manusia, baik dari segi sosial cultural, moral serta intelektual, perulah kita tinjau watak peradaban barat kedudukannya semangatnya, filsafat hidupnya serta pertumbuhannya.

Peradaban barat yang kita kenal pada abad ke 20 ini bukanlah produk abad abad kegelapan Eropa, juga bukan peradaban baru, sebagaiman disangka banyak orang, melainkan produk sejarah sejak beribu-ribu tahun silam. Peradaban barat adalah peradaban Yunani dan peradaban Romawi yang telah mewariskan kebudayaan politik pemikiran dan kebudayaan. Peradaban barat telah mengambil warisan peradaban lama itu dalam segala manifestasinya, berupa wilayah kekuasaan, tata politik, filsafat sosial, budaya intelektual, dan ilmu pengetahuan, serta mengambil alih segala cirri aspirasi dan kecenderungan kecenderunganya hingga ke dalam darah dagingnya.

Peradaban Yunani adalah peradaban tertua sepanjang catatan sejarah yang mempengaruhi pemikiran Eropa, dan yang menjadi landasan pertama bagi berdirinya filsafat Eropa yang mewarnai kepribadian Eropa. Dan di atas reruntuhan peradaban Yunani berdiri pula Romawi membawa semangat yang sama, yakni jiwa Eropa. Selama berabad abad bangsa Eropa menegakan ciri-ciri dan kepribadian peradaban Romawi ini dengan mewariskan filsafat, ilmu, kebudayaan, serta pemikiran pemikirannya.

Pada abad kesembilan belas Eropa muncul dengan warisan peradaban lama itu dalam gaya dan warna cemerlang seolah-olah suatu peradaban baru, namun sebenarnya hanyalah menampilkan warisan peradaban Yunani dan Romawi belaka.

Untuk membuat kritik terhadap peradaban barat abad ke 20, marilah kita tinjau peradaban peradaban Yunani dan Romawi itu dengan segala ciri dan semangatnya.

 Pembahasan

Telah dimaklumi bersama adalah sebelum lahirnya Islam, telah ada berbagai macam peradaban yang tebentuk. Namun, peradaban-peradaban tersebut lambat laun tidak terdengar lagi di telinga kita. Adalah dua peradaban yang bertahan lama saat itu dan bahkan pengaruhnya masih terasa sampai pada saat sekarang ini. Itulah peradaban Yunani dan Romawi. Dua peradaban yang memiliki orientasi yang berbeda. Yunani yang terkenal dengan intelektualitas keilmuannya dan Romawi dengan militerismenya.

Penaklukan atas wilayah Persia dan Romawi membawa pengaruh yang cukup besar dalam perkembangann sejarah Islam. Penaklukan atas sebagian wilayah kekuasaan Romawi membuat wilayah Islam berbatasan dengan Laut Tengah. Mereka sekarang menyadari perlunya membangun armada laut. Sehingga penaklukan atas Romawi secara tidak langsung mengilhami terbentuknya armada laut Islam. Setelah penaklukan atas Persia dan Romawi tersebut, umat Islam berhubungan erat dengan peradaban Syria dan Yunani. Dampak dari kontak kultural ini melatarbelakangi kemajuan keilmuan umat Islam sehingga umat Islam menduduki peran penting dalam sejarah perkembangan intelektual dunia. Faktor keberhasilan umat Islam melakukan ekspansi karena semangat dan dorongan moral keagamaan.

Umar bin Khattab juga telah membentuk tata pemerintahan seperti yang telah ada di Romawi, yaitu pembentukan departemen-departemen pemerintahan seperti Departemen Pertahanan dan lain-lain. Beliau juga telah membentuk kantor-kantor pos di berbagai wilayah Islam.

Dari segi bangunan, umat Islam banyak mencontoh arsitektur Romawi. Seperti ketika pembangunan kota Baghdad khalifah Al-Manshur (khalifah Abbasiyah yang kedua) telah mengundang para arsitek-arsitek Romawi untuk merancang bentuk/tata letak kota Baghdad.

Pada masa khalifah al-Makmun didirikanlah "Darul Hikmah" yaitu pusat studi Islam. Di tempat itulah mulai diterjemahkan buku-buku filsafat dari Yunani dan Romawi serta buku-buku kedokteran. Namun, umat Islam pada waktu itu bukan hanya menterjemahkannya saja. Namun, mereka juga menelaah dan mendiskusikan buku-buku tersebut dan merevisi (mengishlah) kesalahan-kesalahan dan penyimpangan yang ada di dalam buku tersebut.[1]


DAFTAR PUSTAKA

Al-Nadwi, Abul Hasan Ali, 1988. Islam Membangun Pradaban Dunia. Jakarta, Pustaka Jaya, cet. I.

Hamka, Prof. Dr., 2001. Sejarah Umat Islam. Pustaka Nasional PTE LTD, Sinagpura, cet. III.

Mas’ud, Ibnu dkk., 1998. Ilmu Alaiah Dasar. Pustaka Setia, Bandung, cet. I.

Http://Afkar.NuMesir.Org/Edisi/17/Komentar.Html

Http://vitasarasi.multiply.com/reviews/item/22

عاشور، سعيد عبد الفتاح، 1998. حضارة الإسلام. معهد الدراسات الإسلامية، الطبعة الثانية.

Footnote:

[1] Sa'id Abdul Fattah 'Asyur, 1998. Hadlaratul Islam. Ma'had at-Dirasat Al-Islamiyah, cet. II, hal. 256.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar