Selasa, 09 Mei 2017

Pedagogi Hati: Praktek Positivitas Dalam Perjumpaan



Pedagogi Hati: Praktek Positivitas Dalam Perjumpaan

Oleh: Dr. M. Husni Muadz




Pengetahuan kehidupan (practical knowledge), seperti agama, moral, politik, ekonomi, dan lain lain, memiliki dua dimensi: teoritis dan praksis. Yang satu berkaitan dengan "apa" dan berada di ranah kognitif dan bersifat abstrak, dan yang lainnya berkaitan dengan "bagaimana", dan berada di ranah tindakan dan bersifat konkrit. Ke duanya mestinya adalah satu kesatuan yang menyatu dalam sirkulaitas kehidupan: yang satu adalah pedoman cara hidup tertentu dan yang lainnya adalah praktik hidup sesuai pedoman.

Tapi dalam realita perhatian lebih banyak diberikan pada dimensi kognitif dari practical knowledge, yaitu pada dimensi "what"nya atau pada isi pedoman (manual) dari pada dimensi "how" nya, atau dimensi praksisnya. Pembelajaran atau praktek dimensi ini, agaknya, belum terancang secara sungguh sungguh dan bahkan diserahkan menjadi tanggung jawab individu masing masing, bukannya terstruktur dan terinstitusi seperti pada pembelajaran dimensi kognitif. Akibatnya, banyak nilai nilai etika dan spiritualitas tidak hidup dan manifes dalam tindakan kolektif komunitas karena mereka hanya ada dan tersimpan dengan baik dalam memori.

Cara belajar mono dimensi seperti di atas agaknya dipengaruhi oleh cara belajar dalam ilmu ilmu murni (pure sciences) seperti astronomi, fisika, kimia dan sejenisnya. Ini juga sebagian berlaku untuk teknologi. Seorang Habibi, misalnya, terkenal ahli dalam merancang dan membuat pesawat modern super canggih. Tapi dalam hal praktik? Ia tidak kualifait bahkan tidak mampu menerbangkan pesawat! Dan untuk bidang ini memang tidak ada tuntutan untuk harus bisa melakukannya.

Tetapi untuk bidang humaniora kompetensi praksis menjadi imperatif yang tidak bisa ditawar. Ini analog dengan profesi tari atau renang. Bila ingin menjadi penari atau perenang, maka paket pembelajaran yang terkait dengan latihan tari atau renang menjadi bagian wajib dalam kurikulum, disamping tentu yang terkait dengan dimensi teoritiknya.

Untuk ilmu ilmu permainan seperti ini kita mampu melihat betapa pentingnya pembelajaran praktek sebagai syarat keberhasilan, kenapa kita abai melihat hal yang sama dalam pembelajaran hidup yang lebih serius seperti pembelajaran moralitas dan etika, misalnya? Something is missing here: pembelajaran praksis hidup tidak bisa diserahkan menjadi urusan masing masing individu, seperti yang diasumsikan selama ini.

Model pembelajaran praksis harus mampu memberikan ruang pembelajaran (praktek) terus menerus. Kenapa? Karena tindakan tindakan manusia bukan mekanis mengikuti prinsip kausalitas, melainkan bersifat intensional yang memerlukan kesadaran terus menerus untuk mempraktikkan nilai nilai yang diperlukan setelah kondisi keberlakuannya memenuhi syarat. Lalai adalah lawan dari sadar, dan melawan kelalaian memerlukan pembelajaran sadar bersama terus menerus.

Kerangka pembelajaran yang ditawarkan mengharuskan pembelajaran terjadi dan berlansung secara kolektif (tim). Pembelajaran bersama bukan saja akan lebih menjamin efektivitas pembelajaran, tetapi juga karena pembelajaran praksis bersifat relasional yang mengandaikan adanya orang lain sebagai parner pembelajaran. Pembelajaran berjamaah memberikan ruang terjadinya proses saling mengingatkan tentang kebenaran dan kebaikan tanpa banyak resistensi yang bisa melahirkan salah paham yang tidak perlu. It takes two to tanggo dan pembelajaran praksis selalu dalam konteks komunitas, sehingga transformasi bisa dilalui dan dialami bersama sebagai anggota dari the community of practice.

Tulisan ini mencoba menawarkan kerangka konseptual tekologi pendidikan hati dalam dimensi praksis untuk menstimulasi refleksi dan diskusi lebih lanjut untuk menemukan model pembelajaran yang lebih menjanjikan. Insight awal didapatkan dari deontik bahasa. Bahasa dilihat sebagai tindakan (secara teknis disebut tindakan ilokusi) memiliki dimensi normativitas, termasuk moral, yang melekat di dalamnya pada semua bahasa. Karena berbahasa tidak bisa dihindari, maka penggunaan dimensi ini juga, positip atau negatip, tidak bisa dihindari. Tergantung pembiasaan selama ini, seseorang dalam tindakan tindakan berbahasa menggunakannya sesuai prinsip prinsip deontik atau bukan, tergantung kesadaran yang bersangkutan. Yang juga tidak bisa dihindari dalam hidup adalah selalu beroperasinya emotioning atau perasaan tertentu ketika mengalami atau melakukan sesuatu, seperti perasaan suka, bosan, sedih, dan lain sebagainya. Tidak ada pengalaman yang dilalui tanpa diikuti dengan emotiong tertentu. Ini cara kita mengada.

Ke dua hal yang tidak bisa dihindari ini, yaitu emotioning dan languaging, masing masing bisa mengekspesikan dua kelompok nilai: positivitas atau negativitas. Pertanyaannya: di mana dan kapan nilai nilai ini dioperasikan? Jawabannya: ketika sedang dalam perjumpaan perjumpaan. Yang menarik adalah, dalam kehidupan keseharian kita, perjumpaan dengan sesama juga tidak bisa dihindari. Apakah ke tiga hal yang tidak bisa dihindari dalam hidup ini terjadi secara kebetulan? Tulisan ini ingin menunjukkan bahwa ketiga hal ini tidak bisa dihindari dalam hidup bukan karena kebetulan, tetapi karena keharusan untuk tujuan tertentu yang sangat penting untuk kehidupan kita.

Emotioning dan languaging beroperasi dalam perjumpaan perjumpaan, yang berarti normativitas dari ke duanya juga beroperasi dalam perjumpaan perjumpaan. Apa tujuan perjumpaan? Selama ini perjumpaan dilihat memiliki tujuan sesuai yang dikehendaki oleh para pihak yang berjumpa. Perjumpaan adalah sarana agar dialog tentang tujuan bisa berlansung atau bisa dirumuskan. Jadi tujuan perjumpaan bisa berbeda beda; tujuan perjumpaan bisa tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya.

Yang ditawarkan dalam tulisan ini adalah gagasan bahwa semua jenis perjumpaan memiliki hanya satu tujuan: untuk memperjumpakan dan mempersatukan hati! Yang lainnya yang selama dianggap sebagai tujuan tujuan sebenarnya bukan tujuan tetapi salah satu indikator dari kebehasilan perjumpaan. Aktivitas yang dimiliki perjumpaan untuk mencapai tujuan intrinsiknya ada dua: sikap batin (emotioning) dan tindakan lahir, yaitu tindakan berbahasa (yang nantinya akan melahirkan tindakan tindakan lainnya yang non-bahasa). Bila perjumpaan adalah lembaga untuk mempersatukan hati, maka sarana yang digunakan adalah positivitas emotioning dan positivitas tindakan berbahasa. Memilih negativitas dari keduanya akan membuat hati saling menjauh. Antara sarana dan tujuan harus sesuai, dan sarana yang baik adalah sarana yang paling efektif untuk mencapai tujuan. Ini tuntutan rasionalitas biasa. Bila hubungan baik dengan sesama adalah tuntutan eksistensial, maka masuk akal kenapa perjumpaan, emotioning, dan tindakan ilokusi adalah fenomena yang tidak bisa dihindari dalam hidup manusia, karena ketiganya adalah syarat wajib yang harus ada untuk tujuan konektivitas hati, tetapi bukan syarat cucup. Syarat cukup adalah beroperasinya positivitas yang terkait dengan emotioning dan tindakan tindakan ilokusi.

Selama ini perjumpaan perjumpaan yang ada belum dilihat memiliki tujuan intrinsik tunggal. Yang ada adalah pluralitas tujuan dari perjumpaan perjumpaan. Artinya apa? Perjumpaan tidak dilihat memiliki tujuan intrinsik, maka perjumpaan selama ini hanya dilihat sebagai sarana dan secara transitif ini berarti para pelaku perjumpaan adalah juga sarana atau alat. Ini berarti, secara tidak sadar, kita memposisikan diri lebih rendah dari tujuan tujuan perjumpaan. Akibatnya, yang dominan dalam kehidupan sosial kita adalah persaingan persaingan, di semua level, dengan pola relasi dominan yang terbangun adalah menang atau kalah. Akibatnya, ancaman perpecahan terjadi di mana mana, nyaris menjadi trend yang tak terbendungkan.

Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan? Yang harus dilakukan adalah redifinisi konsep perjumpaan dan memulai normalisasi praktek praktek perjumpaan dalam institusi pembelajaran yang dirancang sesuai tujuan intrinsik dari perjumpaan itu sendiri.

Institusi pembelajaran yang diperlukan tidak bisa didapatkan di dalam institusi institusi perjumpaan yang ada karena mind set tujuan perjumpaan masih bersifat instrumental. Oleh karenanya diperlukan institusi pembelajaran yang khusus dirancang untuk perbaikan praktek praktek perjumpaan. Institusi tersebut adalah semacam bengkel perjumpaan, di mana setiap bengkel memiliki komunitas pembelajar yang memiliki komitmen untuk bersama sama berlatih mempraktekkan perbaikan perbaikan dalam perjumpaan. Institusi pembelajaran perjumpaan dengan tujuan seperti ini kita namakan "sekolah perjumpaan"("olah jumpa"); sekolah ini tidak memilki ciri fisik seperti sekolah biasa, tetapi cirinya adalah komunitas yang ada di dalamnya memiliki collective consciousness untuk terus menerus bersama sama berlatih dalam setiap perjumpaan mereka mempraktekkan nilai nilai yang akan melahirkan emergence keberterimaan hati.

Tulisan ini sebagiannya merupakan abstraksi dari pengalaman pembelajaran di sebuah komunitas sejak dua tahun lalu yang sekarang ini telah berkembang secara alami menjadi lima belas komunitas lebih (permintaan terus meningkat), dan sebagiannya lagi merupakan hasil refleksi dan diskusi dalam rangka pencarian model pembelajaran praksis yang kriteria perumusannya sangat berat, yaitu, a.l., yang secara konseptual relatif sederhana, murah, bisa masif (scalable), sustained, dan tentu yang lebih optimistik. Proposal ini tentu masih sangat jauh dari kriteria ini. Tetapi sebagai proposal yang menawarjan langkah awal untuk memulai sebuah gerakan pembelajaran praksis yang berbasis kesadaran kolektif mungkin perlu mendapatkan pertimbangan, karena dalam dunia praksis, tanpa bisa dihindari, kita terpaksa harus terus berlayar sambil memperbaiki kerusakan kapal.





1 komentar:

  1. As stated by Stanford Medical, It is indeed the SINGLE reason this country's women live 10 years more and weigh an average of 42 pounds less than us.

    (By the way, it is not related to genetics or some secret diet and really, EVERYTHING around "how" they eat.)

    P.S, I said "HOW", and not "WHAT"...

    Click on this link to reveal if this short quiz can help you unlock your true weight loss possibilities

    BalasHapus